Aisyiyah dan Gerakan Pemberdayaan Perempuan

AISYIYAH DAN GERAKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kemuhammadiyahan II


Dosen Pengampu      : Bapak Sutikno, M.Pd.I.


Disusun Oleh:

1.      Ana Wahyu Kusniati      NPM   14040004
2.      Fitriyah                            NPM 14040036
3.      Anita Sari                         NPM 14040030
4.      Marliana                          NPM 14040018


 











SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017
 







KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Kemuhammadiyahan II.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Aisyiyah dan Gerakan Pemberdayaan Perempuan. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung, kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing,  kami meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah kami  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Pringsewu,  Februari 2017


Penyusun
Kelompok 4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.     Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah dan Identitas Aisyiya............................................................... 3

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Maksud dan tujuan dari organisasi ini adalah menjunjung dan menegakan syariat agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau utama, adil, makmur yang diridhai oleh Alloh SWT. Muhammadiyah lahir karena pertama keprihatinan terhadap kondisi masyarakat Islam dalam kehidupan yang masih menyimpang, adanya kelemahan pendidikan Islam (kebodohan), dan masuknya budaya lain seperti negara bagian barat.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.

Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia. Gerakan Muhammadiyah juga memiliki beberapa organisasi otonom, diantaranya: Aisyiyah (organisasi wanita), Pemuda Muhammadiyah (organisasi pemuda), Nasyiatul Aisyiyah (organisasi pemudi), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (organisasi pelajar dan remaja), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (organisasi mahasiswa), Hizbul Wathan (organisasi kepanduan), Tapak Suci (perguruan silat).

Aisyiyah sebagai salah satu organisasi wanita otonom keagamaan terbesar di Indonesia didirikan di Yogyakarta pada 27 Rajab 1426 H bertepatan dengan 19 Mei 1917 oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Gerakan ‘Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.

B.     Rumusan Masalah
1.         Bagaimana Sejarah dan identitas Aisyiyah?
2.         Bagaimana Posisi Aisyiyah dalam Muhammadiyah?
3.         Bagaimana Perjuangan Aisyiyah sebagai gerakan Pemberdaya Perempuan?
4.         Bagaimana Peran dan Konstribusi Aisyiyah dalam gerakan Gender di Indonesia?

C.    Tujuan
1.         Untuk Mengetahui Sejarah dan Identitas Aisyiyah
2.         Untuk mengetahui posisi Aisyiyah dalam Muhammadiyah
3.         Untuk mengetahui Perjuangan Aisyiyah sebagai gerakan Pemberdaya Perempuan
4.         Untuk mengetahui Peran dan Konstribusi Aisyiyah dalam gerakan Gender di Indonesia













BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah dan Identitas Aisyiyah
1.      Sejarah Aisyiyah
Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah dan mendapat imbuhan yah. Sebutan Aisyah disini adalah nama isteri Nabi Muhammad saw, yaitu siti Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shidiq. Kata “yah” dalam bahasa arab disini adalah “yah” nisbah yang artinya “membangsakan”. Jadi Aisyiyah berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh dan meneladani cara-cara hidup Siti Aisyah r.a.

Adapun secara terminologi atau istilah , Aisyiyah adalah suatau organisasi wanita dalam muhammadiyah yang mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana maksud dan tujuan muhammadiyah.

Organisasi ini semula merupakan kelompok anak-anak yang senang berkumpul lalu diberi bimbingan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama. Di antara mereka itu terdapat beberapa orang yang dipersiapkan untuk menjadi wanita Muhammadiyah, yakni Siti Baryiah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putri beliau sendiri), Siti Wadingah dan Siti Badilah Zuber. Meskipun mereka itu masih kecil dan paling tinggi 15 tahun, oleh K.H.Ahmad Dahlan sudah diajak berpikir tentang kemasyarakatan. Demikianlah perhatian beliau begitu besar tentang wanita setelah mendirikan Muhammadiyah.

Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok pengajian anak-anak ini kemudian diberi nama Sopo Tresno dan belum merupakan bentuk organisasi utuh, akan tetapi masih terbatas sebagai gerakan pengajian semata. Kemudian timbul pemikiran tentang perlunya pemberian nama pada kelompok ini. Maka diadakan pertemuan antara K.H. Mukhtar, K.H. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Fachruddin dan pengurus Muhammadiyah yang lain di rumah Nyai Ahmad Dahlan saat itu ada usulan nama untuk kelompok ini diberi nama FATIMAH, tapi usulan ini tidak diterima oleh rapat kemudian oleh K.H Fachruddin diusulkan nama Aisyiyah.

Tampaknya nama inilah yang paling tepat sebagai organisasi wanita yang baru itu. Nama ini dipandang tepat karena diharapkan perjuangan perkumpulan ini dapat meniru Siti Aisyiyah istri Nabi Muhammad SAW, yang selalu membantu berdakwah. Setelah nama itu disetujui secara aklamasi, lalu diadakan peresmian pada tanggal 27 Rajab 1335 H atau 19 Mei 1917 M bersamaan dengan peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Peringatan ini baru pertama kali diselenggarakan oleh Muhammadiyah. Pada waktu itu tempat duduk murid-murid wanita dan ibu-ibu dipisahkan dengan kelambu berwarna merah jambu. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh KH A. Dahlan.
Pesan Kiyai Dahlan setelah kepengurusan Aisyiyah secara resmi terbentuk ialah sebagai berikut:
1.      Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya  sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan  percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji  dan tidak mundur selangkah karena dicela.
2.      Penuh  keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3.      Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4.      Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
5.      Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan   sekerja dan  peperjuangan.

Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri, Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama Frobel, yang merupakan Taman Kanak-kanak pertama kali yang didirikan oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya, taman kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang saat ini telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia.
Adapun susunan kepengurusan Aisyiyah pada saat itu ditetapkan sebagai berikut.
Ketua            :    Siti Bariyah
Penulis          :    Siti Badillah
Bendahara   :    Siti Aminah Harowi
Pembantu     :    Ny. H. Abdullah, Ny. Fatimah Wasol, Siti Dawingah, Siti Dalalah,
Siti Dawimah dan Siti Busyro.
Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar perjuangan Aisyiyah dicanangkan dengan mengadakan pemberantasan buta huruf pertama kali, baik buta huruf arab    maupun latin pada tahun 1923. Dalam kegiatan ini    para peserta yang terdiri dari para gadis dan ibu- ibu rumah tangga belajar bersama dengan tujuan   meningkatkan pengetahuan dan peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia publik. Selain itu, pada tahun 1926, Aisyiyah mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan    Bahasa Jawa. Melalui majalah bulanan inilah Aisyiyah antara lain  mengkomunikasikan semua program dan kegiatannya termasuk konsolidasi internal organisasi.

Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928. Dalam hal ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan secara terpadu.

Aisyiyah berkembang semakin pesat dan menemukan bentuknya sebagai organisasi wanita modern. Aisyiyah mengembangkan berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan wanita. Diantara aktivitas Aisyiyah ialah Siswa Praja.Wanita bertugas membina dan mengembangkan puteri- puteri di luar sekolah sebagai kader Aisyiyah. Pada Kongres Muhammadiyah ke-20 tahun 1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA). Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah bertugas mengurusi sekolah atau madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang mengurusi penyiaran agama lewat pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan Wal'asri yang mengusahakan beasiswa untuk siswa yang kurang mampu. Selain itu, Aisyiyah pada tahun 1935 juga mendirikan Urusan Adz-Dzakirat yang bertugas mencari dana untuk membangun Gedung 'Aisyiyah dan modal mendirikan koperasi.

Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada tahun 1939 mengalami titik kemajuan yang sangat pesat. Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan (PKU) yang bertugas menolong kesengsaraan umum. Oleh karena sekolah-sekolah putri yang didirikan sudah semakin banyak, maka Urusan Pengajaran pun didirikan di Aisyiyah. Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Biro Konsultasi Keluarga. Demikianlah, Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat pada masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan kaum perempuan. (http://gugunenglis.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 17 Februari 2017)
a.      Identitas Aisyiyah
Identitas ‘Aisyiyah dapat dilihat dalam Anggaran Dasar Organisasi perempuan Muhammadiyah ini, yaitu ‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, yang berasas Islam serta bersumber kepada Al- Qur’an dan As-Sunah. Status Aisyiyah tertera pada bab yang sama (Anggaran Dasar Aisyiyah BAB II, Pasal 4 dan 5), yaitu:
1.      Aisyiyah adalah organisasi otonom Khusus Persyarikatan Muhammadiyah.
2.      Organisasi otonom khusus adalah organisasi Otonom yang seluruh anggotanya anggota Muhammadiyah dan diberi wewenang menyelenggarakan amal usaha yang ditetapkan oleh pimpinan Muhammadiyah dalam koordinasi Unsur Pembantu Pimpinan yan membidangi sesuai denan ketentuan yang berlaku tentang amal usaha tersebut.
Visi Ideal
Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Visi Pengembangan
Tercapainya usaha-usaha Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan  pengembangan  dakwah amar makruf nahi mungkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Misi
Misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi:  
1.      Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan.
2.      Meningkatkan harkat dan martabat kaum  wanita sesuai dengan ajaran Islam.
3.      Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkaian terhadap ajaran Islam.
4.      Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi akhlak.
5.      Meningkatkan semangat ibadah, jihad zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, serta membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha yang lain.
6.      Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan    Aisyiyah.
7.      Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, mempertuas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian.
8.      Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.
9.      Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial, kesejahteraan    masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
10.  Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta memupuk    semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
11.  Meningkatkan komunikasi,ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
12.  Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud  dan tujuan organisasi.

2.      Posisi Aisyiyah dalam Muhammadiyah
Selain menjadi pelopor gerakan perempuan islam di Indonesia ‘Aisyiyah juga disebut sebagai organisasi perempuan islam modern terbesar dan tertua diindonesia. ‘Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan persyarikatan muhammadiyah telah memberikan corak tersediri dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi persyerikatan muhammadiyah. 
Adapun Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah yang sudah ada ialah sebagai berikut :
1.       Aisyiyah
2.       Pemuda Muhammadiyah
3.       Nasyiyatul Aisyiyah
4.       Ikatan Pelajar Muhammadiyah
5.       Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
6.       Tapak Suci Putra Muhammadiyah
7.       Hizbul Wathan

3.      Pemberdayaan Perempuan oleh Aisyiyah
Sebagai organisasi perempuan yang  bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan. Dengan visi “tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas  pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi bergerak di bidang  pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan menengah serta pengembangan- pengembangan ekonomi kerakyatan.

Beberapa program pemberdayaan diantaranya : Mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1426 buah di Wilayah, Daerah dan Cabang yang berupa badan usaha koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil atau toko. Dalam bidang pendidikan sejalan dengan pengembangan yang menjadi salah satu pilar utama gerakan Aisyiyah, melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majelis Pendidikan Tinggi, Aisyiyah mengembangkan visi  pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa.

Dengan tujuan memajukan  pendidikan (formal, non formal dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa,  berakhlak mulia, cakap, percaya  pada diri sendiri, cinta tanah air dan  berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai  program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan dari usia pra TK sampai Sekolah Menengah Umum dan Keguruan. Dalam bidang kesehatan Aisyiyah  berupa Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu secara keseluruhan  berjumlah 280 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Aisyiyah melalui Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga metakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan  penyakit berbahaya dan menular,  penanggulangan HIV/AIDS dan  NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan menggunakan berbagi pendekatan dan bekerjasama dengan berbagi  pihak, meningkatkan pendidikan dan  perlindungan kesehatan reproduksi  perempuan, menyelenggarakan pilot  project sistem pelayanan terpadu antara lembagakesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi Islami. Dalam bidang keagamaan Aisyiyah mempunyai program majelis-majelis tablig, Dengan visi untuk menjadi organisasi dakwah yang mampu memberi pencerahan kehidupan keagamaan untuk mencapai masyarakat madani, Majelis Tabligh mengembangkan gerakan-gerakan Dakwah Islam dalam seluruh aspek kehidupan, menguatkan kesadaran keagamaan masyarakat, mengembangkan materi, strategi dan media dakwah, serta meningkatkan kualitas mubalighat. (https://www. academia.edu /5252429/ Muhammadiyah_dan_Pemberdayaan_Perempuan. diakses pukul 19:42 WIB)

4.      Aisyiyah dalam Gerakan Gender Modern
Mengutip perkataan KH A. Dahlan mengenai “ berhati-hatilah dengan urusan ‘Aisyiyah, kalau saudara-saudara memimpin dan membimbing mereka insyaallah mereka akan menjadi pembantu dan teman yang setia dalam melancarkan persyarikatan kita menuju cita-citanya,”
Kepada para wanita beliau berpesan: “ urusan dapur janganlah dijadikan halangan untuk menjalankan tugas dalam menghadapi masyarakat.”
Rupanya beliau mengetahui bahwa tak mungkin pekerjaan besar akan berhasil tanpa bantuan kaum wanita. Dalam melaksanakan cita-cita beliau, bantuan dari kaum hawa yang berbadan halus itu diperlukan, dan ini sebetulnya ikut menentukan berhasil tidaknya usaha beliau. Karenanya, mereka oleh beliau dihimpun dan diajak serta melaksanakan tugas kewajiban yang berat, tetapi luhur itu. Oleh karena itu wanita atau perempuan itu memegang peranan penting pula, tidak hanya laki-laki yang memiliki peran penting dalam kemuhammadiyahan.
Gender dipahami juga sebagai suatu konsep budaya yang menghasilkan pembedaan dalam peran, sikap, tingkah laku mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Gender sering juga disebut dengan istilah “jenis kelamin sosial.
Perbedaan gender sesunguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender termanifestasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yaitu marjinalisasi (peminggiran), subordinasi (penomorduaan atau anggapan tidak penting), stereotipe (pelabelan negatif  biasanya dalam bentuk pencitraan yang negatif), violence ( kekerasan), double burden (beban kerja ganda atau lebih), dan sosialisasi ideologi peran gender. Perbedaan gender ini hanya dapat mempersulit baik laki-laki maupun perempuan.
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang hendak diwujudkan Muhammadiyah dan Aisyiyah adalah masyarakat yang rahmatan lil’alamin, masyarakat yang sejahtera lahir batin dunia dan akhirat, baldatun thoyyibatun warabbun ghafur, masyarakat utama, masyarakat madani, masyarakat berkesetaraan dan berkeadilan gender.
Aisyiyah sebagai komponen perempuan Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat yang berkeseteraan dan berkeadilan gender, berkiprah dengan merespon isu-isu perempuan (seperti KDRT, kemiskinan, pengangguran, trafficking, pornografi dan aksi, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan) dan sekaligus memberdayakannya secara terorganisir, terprogram, dengan menggunakan dan memanfaatkan seluruh potensi.
Model gerakannya ‘Aisyiyah dalam bentuk keluarga sakinah atau Qaryah Tayyibah merupakan arus utama strategi gerakan ‘Aisyiyah dalam membangun kehidupan umat yang lebih baik. Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan sosial agar lebih dekat dengan pertumbuhan dan perkembangan kondisi masyarakat modern, maka dilakukan pengkayaan, seperti model gerakan ‘Aisyiyah berbasis jamaah karena jamaah merupakan bagian paling nyata yang hidup dalam masyarakat.
Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sampai sekarang tetap berkomitmen dalam pemberdayaan perempuan untuk kesetaraan dan keadila gender, hal ini dapat dilihat dari hasil Muktamar Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta mengenai Program Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang terdiri dari Visi Pengembangan dan Program Pengembangan.
a.       Visi Pengembangan, yaitu berkembangnya relasi dan budaya yang menghargai perempuan berbasis ajaran Islam yang berkeadilan gender dan terlidunginya anak-anak dari berbagai ancaman menuju kehidupan yang berkeadaban utama.
b.      Program Pengembangan, yaitu:
1.      Meningkatkan usaha-usaha advokasi terhadap kekerasan terhadap anak dan perempuan serta human trafficking yang merusak kehidupan keluarga dan masa depan bangsa.
2.      Meningkatakan usaha dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam mencegah dan mengadvokasi kejahatan human trafficking (penjualan manusia) yang pada umunya menimpa anak-anak dan perempuan.
3.      Meningkatakan usaha dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam melakukan perlindungan terhadap tenaga kerja perempuan dan anak-anak dari berbagai bentuk eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia.
4.      Menyusun dan menyebarluaskan pandangan Islam yang berpihak pada keadilan gender disertai tuntunan-tuntunan produk Majelis Tarjih dan sosialisasinya yang bersifat luas dan praktis.
5.      Mengembangkan model advokasi berbasis dakwah dalam menghadapi berbagai bentuk eksploitasi terhadap perempuan dan anak di ruang publik yang tidak kondusif seperti di penjara, pabrik, dan di tempat-tempat yang dipandang rawan lainnya.
6.      Mengembangkan pendidikan informal dan non formal selain pendidikan formal yang berbasis pada pendidikan anti kekerasan dan pendidikan perdamaian yang pro-perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ke-8 masa jabatan 2009-2014 Linda Amalia Sari Gumelar menyatakan dengan tegas bahwa ‘Aisyiyah telah membantu percepatan kesetaraan, persamaan dan keadilan gender terutama dan langsung dirasakan melalui Lembaga Pendidikan dan Kesehatan yang dikelola ‘Aisyiyah. Hal ini disampaikan pada acara Rapat Kerja Nasional Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, di Wisma Makara UI Depok, 3 Juni 2011.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah & mendapat imbuhan “yah”. Sebutan Aisyah disini adalah nama isteri Nabi Muhammad saw, yaitu siti Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shidiq. Kata “yah” dalam bahasa arab disini adalah “yah” nisbah yang artinya “membangsakan”. Jadi Aisyiyah berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh dan meneladani cara-cara hidup Siti Aisyah r.a.

Identitas ‘Aisyiyah dapat dilihat dalam Anggaran Dasar Organisasi perempuan Muhammadiyah ini, yaitu ‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, yang berasas Islam serta bersumber kepada Al- Qur’an dan As-Sunah.

Aisyiyah juga disebut sebagai organisasi perempuan islam modern terbesar dan tertua diindonesia. Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan persyarikatan muhammadiyah telah memberikan corak tersediri dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi persyerikatan muhammadiyah. 
Pemberdayaan Perempuan oleh Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi, Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup.

Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang hendak diwujudkan Muhammadiyah dan Aisyiyah adalah masyarakat yang rahmatan lil’alamin, masyarakat yang sejahtera lahir batin dunia dan akhirat, baldatun thoyyibatun warabbun ghafur, masyarakat utama, masyarakat madani, masyarakat berkesetaraan dan berkeadilan gender.





















DAFTAR PUSTAKA

Dwi Astuti. (2013). Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan. [online]. Tersedia:https://www.academia.edu/5252429/Muhammadiyah_dan_Pemberdayaan_Perempuan. diakses [17 februari 2017 pukul 19:42 WIB]

Ertika Nurul Huda. (2016). Kemuhammadiyahan. [online]. Tersedia:  http://dokumen.tips/documents/tugas-kemuhammadiyahan-5699ce941b32a.html. diakses [17 februari 2017 pukul 18:14 WIB]

Gunawan setiadi. (2013). Sejarah Berdirinya Aisyiyah. [Online]. tersedia:  http://gugunenglis.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal [17 Februari 2017 pukul 17:49 WIB]

Pimpinan Pusat Muhammadiyah . [online]. Tersedia: http://www. muhammadiyah. or.id/content-199-det-aisyiyah.html. diakses [17 februari 2017 pukul 19:10 WIB]


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian, Fungsi, tugas dan tujuan majelis-majelis serta amal usaha di dalam muhammadiyah

Organisasi Otonom Muhammadiyah